podiumnews.online Transformasi digital kini menjadi kekuatan utama di balik perubahan dunia ritel.
Perkembangan teknologi membuat cara orang berbelanja berubah drastis — dari yang semula hanya mengandalkan toko fisik, kini meluas ke dunia digital.
Konsumen tidak hanya mencari produk, tetapi juga pengalaman yang cepat, mudah, dan personal.
Dalam konteks ini, industri ritel global menghadapi tantangan besar.
Mereka harus beradaptasi dengan perilaku pembeli baru yang semakin cerdas dan menuntut kenyamanan tinggi.
Salah satu perusahaan yang berhasil memanfaatkan momentum ini adalah Kanmo Group, pemain besar di bidang ritel dan distribusi merek-merek ternama seperti Mothercare, COACH, Justice, dan Gingersnaps.
Kanmo Group Pionir Transformasi Digital Ritel
Sebagai perusahaan ritel modern, Kanmo Group menyadari bahwa digitalisasi bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan.
Mereka mengadopsi pendekatan omnichannel, yaitu integrasi penuh antara toko fisik, platform daring, dan sistem distribusi.
Pendekatan ini memastikan pelanggan bisa berbelanja dengan cara apa pun yang mereka pilih — baik langsung di toko, lewat aplikasi, maupun melalui marketplace.
Menurut Rajesh Gover, Group Vice President AI, Digital & Omnichannel Kanmo Group, perjalanan digitalisasi perusahaan adalah proses yang menantang sekaligus menarik.
“Transformasi digital memungkinkan kami membantu pelanggan menemukan produk yang diinginkan dengan lebih mudah. Kini, pengalaman berbelanja bisa diakses dari mana saja dan kapan saja,” jelasnya.
Langkah ini menjadikan Kanmo Group sebagai salah satu pelaku ritel di Indonesia yang paling progresif dalam pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk mendukung pengalaman pelanggan.
Peran AI dalam Dunia Ritel
Teknologi kecerdasan buatan kini menjadi tulang punggung dalam operasi bisnis modern.
Di Kanmo Group, AI tidak hanya digunakan untuk mengelola data penjualan, tetapi juga untuk memahami kebiasaan dan preferensi pelanggan.
Misalnya, sistem AI dapat menganalisis perilaku pembelian pelanggan di berbagai kanal.
Dari sana, algoritma mampu memberikan rekomendasi produk yang relevan secara otomatis.
Jika pelanggan membeli pakaian anak di situs Mothercare, sistem dapat menyarankan produk pelengkap seperti sepatu bayi atau perlengkapan mandi.
Selain itu, AI juga digunakan dalam pengelolaan stok dan prediksi permintaan.
Dengan memanfaatkan analisis data besar, Kanmo dapat menyesuaikan jumlah produk di setiap toko sesuai kebutuhan wilayah dan musim.
Langkah ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mengurangi potensi penumpukan barang di gudang.
Pengalaman Belanja yang Semakin Personal
Fokus utama Kanmo Group adalah menghadirkan pengalaman berbelanja yang lebih personal dan menyenangkan.
Teknologi kini memungkinkan pelanggan berinteraksi langsung dengan brand melalui berbagai platform digital.
Melalui aplikasi mobile dan website resmi, pelanggan dapat:
- Mengecek ketersediaan barang di toko terdekat.
- Melakukan pemesanan daring dengan opsi pengiriman cepat.
- Mengakses promo eksklusif berdasarkan riwayat belanja.
Semua layanan ini terintegrasi dengan sistem toko fisik.
Jadi, pelanggan bisa memilih untuk ambil langsung (click and collect) atau menerima barang melalui kurir di hari yang sama.
Kenyamanan ini membuat pengalaman belanja jauh lebih fleksibel.
“Pelanggan kini ingin kontrol penuh atas pengalaman mereka. Kami berusaha memastikan perjalanan belanja mereka — dari pencarian produk hingga pembayaran — berlangsung tanpa hambatan,” ujar Rajesh.
Kolaborasi Teknologi dan Layanan Manusia
Meski teknologi memainkan peran besar, Kanmo Group tetap menekankan pentingnya sentuhan manusia.
Setiap toko masih mempertahankan staf profesional yang siap membantu pelanggan, memberi saran produk, dan memastikan pelayanan tetap personal.
Rajesh menilai kombinasi antara teknologi dan interaksi manusia menciptakan keseimbangan sempurna.
“AI membantu memahami kebutuhan pelanggan, tapi hubungan emosional tetap dibangun melalui layanan langsung,” jelasnya.
Pendekatan ini menjadi nilai tambah bagi Kanmo Group.
Mereka tidak hanya fokus pada efisiensi, tetapi juga menjaga kehangatan hubungan antara brand dan pelanggan.
Omnichannel: Menyatukan Dunia Offline dan Online
Konsep omnichannel retailing yang diusung Kanmo Group menciptakan ekosistem ritel yang benar-benar terhubung.
Semua kanal — mulai dari toko fisik, situs web, media sosial, hingga marketplace — saling terintegrasi dalam satu sistem data terpadu.
Pelanggan yang melihat produk di Instagram, misalnya, bisa langsung diarahkan untuk membeli di situs resmi.
Bila mereka ingin mencoba produk secara langsung, sistem dapat menunjukkan lokasi toko terdekat yang memiliki stok.
Hal ini membuat batas antara dunia offline dan online semakin kabur, menciptakan pengalaman belanja tanpa sekat.
Selain mempermudah pelanggan, sistem omnichannel juga membantu Kanmo Group dalam analisis perilaku pasar secara real time.
Data yang terkumpul digunakan untuk memperbaiki strategi penjualan, menentukan tren baru, dan meningkatkan efisiensi distribusi.
Digitalisasi yang Berkelanjutan
Transformasi digital yang dijalankan Kanmo Group bukan proyek jangka pendek.
Mereka berkomitmen untuk terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi terbaru, mulai dari machine learning, chatbot customer service, hingga integrasi Augmented Reality (AR) untuk pengalaman belanja interaktif.
Bayangkan, pelanggan bisa mencoba tampilan tas COACH secara virtual lewat kamera ponsel, atau mengukur ukuran pakaian anak tanpa harus datang ke toko.
Fitur-fitur semacam ini sedang dikembangkan untuk membuat belanja produk premium semakin praktis dan menyenangkan.
Kesimpulan: Ritel di Ujung Revolusi Digital
Dunia ritel sedang mengalami revolusi besar.
Kecerdasan buatan, sistem data terintegrasi, dan pengalaman omnichannel telah mengubah cara pelanggan berinteraksi dengan brand.
Kanmo Group menjadi contoh nyata bagaimana teknologi bisa dimanfaatkan untuk memanjakan pelanggan tanpa kehilangan sentuhan manusia.
Dengan strategi yang adaptif dan inovasi berkelanjutan, mereka berhasil menghadirkan pengalaman belanja barang branded yang bukan hanya mudah, tetapi juga personal dan bermakna.
Transformasi ini menandai satu hal penting: masa depan ritel bukan sekadar soal menjual produk, melainkan tentang menciptakan hubungan emosional antara teknologi, brand, dan manusia.

Cek Juga Artikel Dari Platform koronovirus.site
